Frase adalah satuan sintaksis yang satu tingkat berada dibawah klausa
dan satu tingkat berada di atas satuan kata. Frase itu pasti terdiri
lebih dari sebuah kata.
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan
kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Istilah
frase. Pembentukannya harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem
terikat. Seperti contoh: konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah
frase sedangkan konstruksi tata boga dan interlokal bukan frase, karena
boga dan inter adalah morfem terikat. Yang dimaksud frase adalah
konstruksi nonprediktif yaitu hubungan antara kedua unsure yang
membentuk frase itu tidak berstruktur subjek- predikat atau berstruktur
predikat-objek. Dan untuk itu frase juga bisa didefinisikan konstituen
pengisi-pengisi sintaksis.
Contoh perbedaan frase dengan kata:
Jenis S P O K
Frase
Kata Nenek saya
Nenek sedang membaca
membaca buku humor
komik di kamar tidur
kemarin
Karena frase itu mengisi salah satu fungsi sintaksis maka salah satu
unsur frase itu tidak bisa dipindahkan “sendirian” melainkan harus
dipindahkan secara keseluruhan sebagai satu kesatuan.
Di dunia pendidikan formal Frase juga terkadang susah di bedakan dengan
kata majemuk, sehingga dapat dibedakan karena frase tidak memiliki makna
baru, melainkan makna sintaktik atau makna gramatikal, sedangkan kata
majemuk komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu makna.
Contoh: bentuk meja hijau yang berarti ‘pengadilan’ adalah kata majemuk,
sedangkan meja saya yang berarti ‘saya punya meja’ adalah sebuah frase.
Disamping itu perbedaan kata majemuk dengan frase juga bisa dilihat dari
konsep linguis struktural yang mengatakan bahwa kedua komponen kata
majemuk tidak bisa disela dengan unsure lain, sedangkan komponen frase
dapat disela dengan unsur lain.
Contoh:- Kata majemuk: bentuk mata sapi yang berarti ‘telur goreng tanpa dihancurkan’ karena tidak bisa disela dengan kata lain.
- Frase: mata guru yang berarti ‘mata kepunyaan guru’ karena dapat
disela, misalnya menjadi matanya guru. (Abdul Chaer, 1994: 222)