Ekosistem Perairan Dalam. Komunitas ekosistem
perairan dalam di Indonesia belum banyak diketahui secara pasti. Hal ini
dikarenakan belum dikuasainya perangkat teknologi untuk meneliti hingga
mencapai perairan dalam, tetapi secara umum keanekaragaman komunitas
kehidupan yang ada pada perairan dalam tersebut tidaklah setinggi
ekosistem di tempat lain. Komunitas yang ada hanya konsumen dan
pengurai, tidak terdapat produsen karena pada daerah ini cahaya matahari
tidak dapat tembus. Makanan konsumen berasal dari plankton yang
mengendap dan vektor yang telah mati. Jadi, di dalam laut ini terjadi
peristiwa makan dan dimakan.
Jika diamati hewan-hewan yang hidup di perairan dalam warnanya gelap
dan mempunyai mata yang peka dan mengeluarkan cahaya. Daur mineralnya
terjadi karena gerakan air dalam pantai ke tengah laut pada lapis atas.
Perpindahan air ini digantikan oleh air dari daerah yang terkena cahaya,
sehingga terjadi perpindahan air dari lapis bawah ke atas.
Ekosistem Pantai Pasir Dangkal. Komunitas ekosistem
pantai pasir dangkal terletak di sepanjang pantai pada saat air pasang.
Luas wilayahnya mencakup pesisir terbuka yang tidak terpengaruh sungai
besar atau terletak di antara dinding batu yang terjal/ curam. Komunitas
di dalamnya umumnya didominasi oleh berbagai jenis tumbuhan ganggang
dan atau rerumputan. Jenis ekosistem pantai pasir dangkal ada tiga,
yaitu sebagai berikut.
1) Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem ini dapat kita jumpai di perairan jernih. Terumbu karang
terbentuk sebagai hasil dari kegiatan berbagai hewan laut seperti
kerang, siput, cacing, Coelenterata dan alga kapur (Halimeda).
Syarat hidup binatang kerang, yaitu airnya jernih, arus gelombang kecil,
dan lautnya dangkal. Ekosistem ini dapat kita temukan di pantai sebelah
barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, serta pantai
utara Sulawesi dan Maluku.
2) Ekosistem Pantai Batu
Jenis ekosistem ini terbentuk dari bongkahan-bongkahan batu granit
yang besar atau berupa batuan padas yang terbentuk dari proses
konglomerasi (berkumpul dan menyatunya) antara batu-batu kecil atau
kerikil dengan tanah liat dan kapur. Ekosistem tersebut biasanya
didominasi vegetasi jenis Sargassum atau Eucheuma. Di
mana ekosistem pantai batu itu dapat kita jumpai? Ekosistem ini dapat
kita jumpai di wilayah pesisir berbukit yang berdinding batu mulai dari
sepanjang pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, sampai pantai selatan Maluku.
3) Ekosistem Pantai Lumpur
Ekosistem pantai lumpur terbentuk dari pertemuan antara endapan
lumpur sungai dengan laut yang berada di muara sungai dan sekitarnya.
Apabila sungainya besar, lumpur tersebut membentang luas sampai menjorok
ke laut. Di mana dapat kita jumpai ekosistem pantai lumpur ini?
Ekosistem pantai lumpur terdapat di muara yang disebut sebagai monsun
estuaria. Habitatnya berbagai jenis biota ikan gelodok. Komunitas
tumbuhannya adalah Tricemia, Skeratia, dan rumput laut/Enhalus acoroides.
Binatang-binatang ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Biasanya
ekosistem pantai lumpur dapat kita jumpai di pantai-pantai pada pulau
cukup besar yang memiliki sungai-sungai lebar seperti di Pulau
Kalimantan, Irian Jaya, Sumatra, dan Jawa.
Ekosistem Darat Alami. Di negara kita Indonesia,
ekosistem jenis ini terbentuk dari tiga vegetasi utama, yaitu vegetasi
pamah, vegetasi pegunungan, dan vegetasi monsun.
Vegetasi Pamah/Dataran Rendah. Vegetasi pamah
merupakan vegetasi dataran rendah bagian terbesar hutan yang mencakup
kawasan paling luas di Indonesia, terdiri atas vegetasi rawa dan
vegetasi darat yang terletak pada ketinggian antara 0–1000 m di atas
permukaan laut (dpl). Vegetasi ini meliputi jenis-jenis berikut.
1) Hutan Bakau
Hutan bakau tersebar hampir di seluruh pantai Kepulauan Indonesia.
Jumlah jenis hutan bakau sekitar 95 jenis tumbuhan, komposisi jenis
hutan tersebut dapat berbeda antara satu dengan lainnya, tergantung dari
kombinasi faktor-faktor habitat yang mempengaruhinya. Penyebaran
berbagai jenis bakau terletak mulai dari laut ke arah daratan membentuk
jalur berbeda-beda.
a) Jalur Pedada (Soneratia sp), jalur ini selalu terendam
air asin setiap terjadi pasang yang tinggi karena menjadi perintis
endapan lumpur pada batas air surut dengan jenis tumbuhan meliputi Soneratia spp dan Avicenia spp.
b) Jalur Bakau (Rhizophora sp.), merupakan hutan bakau yang memiliki perakaran khas (akar napas) dengan jenis tumbuhan meliputi Rhizophora sp., Bruguiera spp dan Ceriops spp.
c) Jalur Tancang (Bruguiera sp.), jalur ini berada paling
dekat dengan daratan sehingga hanya dapat dicapai air pasang surut yang
luar biasa tinggi seperti pada saat air pasang bulan purnama atau
gerhana bulan, dengan jenis tumbuhan meliputi Bruguiera spp, Kondelia spp, Rhizophora spp. dan lain-lain.
d) Jalur nipah jalur ini terdapat ke arah daratan, di daerah ini cukup kering. Pada lautan bakau dilingkari oleh lautan nipah (Nypa fruticans).
Hewanhewan yang terdapat pada hutan bakau, antara lain udang-udangan,
kerang, ikan glodok, kerang, kepiting, cacing laut, ular, buaya muara,
kadal, dan berbagai jenis burung.
2) Hutan Rawa Air Tawar
Hutan rawa air tawar berada dalam kawasan yang luas, terletak di
belakang hutan bakau. Berbagai jenis hutan rawa terdapat di delta,
umumnya mempunyai pohon-pohon dengan ketinggian yang sama, sekitar 30 m
memiliki kanopi lebat. Hal ini disebabkan di delta secara teratur
dibanjiri air tawar sebagai akibat gerakan pasang surut.
3) Hutan Tepi Sungai
Hutan tepi sungai terdapat di sepanjang tepi sungai besar yang
merupakan habitat transisi dengan hutan rawa air tawar. Vegetasinya
terdiri atas tumbuhan rawa musiman yang berbeda. Lapisan tanahnya dalam,
subur, dan gembur. Sebagian besar tumbuhannya memiliki perakaran kuat,
berkayu, daunnya menyempit, dan penyebaran bijinya melalui air atau
ikan. Hutan tepi sungai merupakan habitat kayu ulin (besi) dan
tengkawang, terdapat di Kalimantan. Hutan tepi sungai juga dapat
dijumpai di tebing-tebing berbatu yang vegetasinya sebagian besar berupa
tumbuhan berkayu dengan perakaran kuat yang hidup di antara celah-celah
batu, jenis tumbuhannya adalah reofit.
4) Hutan Rawa Gambut
Hutan rawa gambut terbentuk dari timbunan gambut yang sangat tebal,
berkisar antara 0,5 – 20 m. Permukaan gambut terbentang luas berbentuk
cekung yang tidak terkena genangan air sehingga bersifat asam dengan
pH<4 dan kandungan haranya rendah. Hal itu menyebabkan jenis
tumbuhannya terbatas, yaitu pohon-pohonnya tinggi, kurus, dan tidak
lebat. Hutan rawa gambut di Indonesia banyak terdapat di Pulau
Kalimantan.